Jumat, 14 Februari 2014

ada apa-apa dibalik gak apa-apa




setiap orang pasti pernah berada di posisi dimana dia bingung harus mau bilang apa lagi kecuali ''gak apa-apa''.
''gak apa-apa'' adalah kalimat yang cukup singkat tapi punya seribu makna.
kalimat yang keluar saja dari bibir, yang sebenarnya ada makna dibalik kalimat itu.
biasanya kalimat ini akan keluar dari bibir kita ketika kita berada disituasi yang sebenarnya kita gak mau ataupun gak ikhlas itu terjadi.
kalimat ini keluar begitu saja tanpa permisi.
''gak apa-apa'' juga biasanya dikeluarin sama orang yang punya gengsi yang cukup tinggi.
dia lebih memilih pura-pura ikhlas padahal sendirinya nyesek banget hanya karena gengsi.
kebanyakan orang juga gak sadar, ketika orang lain bilang "gak apa-apa" ke dia. 
ini juga sebenarnya masalah peka atau gak peka. 
kayak soundcloudnya Dara Prayoga, ''mungkin dia peka" tapi, dia gengsi untuk ngakuin kalau sebenarnya dia salah. 
hati-hati sama '' gak apa-apa'' apalagi ''ya udah, gak apa-apa''.


Rabu, 22 Januari 2014

Indra Widjaya

Indra Widjaya, sosok yang semenjak muncul di audisi ajang pencarian tahun 2012 bakat yang selalu aku kagumi sampai sekarang. semua tentangnya, menarik untuk dicari tahu. kami punya kesamaan, walaupun sedikit, AYAH yang kami sayangi, hormati, sudah bahagia disana :"). tanpa sengaja, dia pernah ngebalas tweet, bales-balesan email dan ketidaksengajaan yang luar biasa (bagi aku) tweet aku masuk dalam buku Idol Gagal-nya. rasanya setiap liat tweet, video, atau liat di tv, bibirku tak sengaja tertarik dari sisi kiri dan kanan :). bagiku, sekarang dia udah jadi idol kok :).ku cuma mau bilang '' Indra Widjaya, aku mengagumimu karena Allah'' :")

Minggu, 22 Desember 2013

Penolakanmu, Perpisahan tanpa Pertemuan

aku hanya diam, tak pernah ku ungkapkan
ku pendam sendiri
ku rasakan semuanya sendiri
tanpa aku bicara
tanpa aku ungkapkan
kau menolakku
bahkan sebelum aku memintanya
hanya satu yang bisa ku lakukan,
TAHU DIRI

Jumat, 13 Desember 2013

ELLA, DESSY, PUTRI, YENNI

udah lama pengen ngepost tapi gak jadi-jadi haha.
ini cerita tentang aku sama temen-temenku SMA
masa-masa SMA itu memang paling dikenang. aku punya temen deket yang sampai sekarang masih terus berhubungan walaupun kami tersebar di tiga kota berbeda, Medan, Palembang, dan Jakarta. nahh mereka adalah ELLA, DESSY, PUTRI, dan YENNI. waktu SMA, kemana-mana selalu bareng. apapun masalahnya, selalu kami hadapi bareng-bareng. menurut aku sih, kami semua punya sifat yang unik dan beda-beda.
ELLA: lembut, manis, baik, perhatian, nahh mata pelajaran yang paling dikuasain sama Ella ini, Biologi, ini menurut aku siih :D. anak Biologi yang kece

DESSY: cewek unik yang sayang keluarga, pinter, lugu, agak bermasalah sama yang namanya mood hehe, kalau masalah sosmed, belum pernah pacaran *ehh,  dia ahlinya hahaha. nahh ahli dibidang psikotes, bahasa inggris, bahasa indonesia, biologi juga, wooooow ._.. mantan anak farmasi yang pindah ke akuntansi 

PUTRI: Ini niih yang kami anggap jadi adek paling kecil haha. pinter, baik, imut, ini juga hampir sama kayak Dessy, bermasalah sama mood, hehehe. maaf Put :D. dia ini ahli dibidang kimia, seni juga, kece dahh. calon dokter :D

nehh yang terakhir, ada YENNI: sifatnya yang paling dewasa, rapi luar biasa, cantik, kayak bule gitu hehe, rajin, sama kayak Dessy, dia belum pernah pacaran. ahli dalam hampir semua mata pelajaran, terlebih dalam perhitungan, dia juara umum, ini anak kesehatan masyarakat :D

kami termasuk anak-anak kalem, hahahaha. yang kalau abis pulang sekolah itu langsung pulang ke rumah, sesekali jalan, itupun cuma makan. dan punya batas waktu jam 6 sore paling lama udah pada caw semua balik ke rumah masing-masing.ohh iya, cerita masalah cowok, salah satu hal yang tabu buat kami hahaha.

sampai sekarang kami masih berhubungan. mereka bisa menerima aku apa adanya. mengerti apapun tentangku, yang ngasih semangat waktu lagi bener-bener ngedrop, semua ceritaku ada di mereka. dan waktu aku lagi nulis ini, aku lagi kangen sama mereka. 

miss you :''

Aku, Dia, tanpa Kita


Dia masih akan ku sebut dia karena dia memang masih menjadi dia
Belum tau sampai kapan dia akan menjadi dia, karena memang belum pasti dia memang orangnya
Tak mungkin aku memaksa dia berubah, sementara dia tak sama sekali ingin berubah
Tak segampang itu berubah , yahh biarlah aku tetap berharap sampai harapan itu benar-benar tak menjadi harapan lagi
Kenyataan yang ku tunggu tak tau sampai kapan akan menjadi nyata
Untuk membuatnya nyata butuh waktu dan usaha
Tapi terkadang aku lelah berusaha
Tapi, tak seharusnya aku lelah
Untuk mendapatkan yang terbaik itu butuh waktu yang lama
Tak mungkin yang terbaik itu datang seketika
Saat ini apakah dia berpikir untuk berubah, atau dia sudah berubah untuk yang lain? Yahh aku tak tau, biarlah waktu yang menjawabnya
Semoga waktu tak hanya diam
Aku rela menerima jawaban apapun itu
Karena pada dasarnya dia memang punya hak untuk berubah atau tidak
Kalau pun akhirnya aku kecewa
Hujan akan membantuku untuk menghapus dia dari aku
Dan ketika hujan telah menghapusnya, aku yakin angin akan kembali membawa yang lain untukku
Walaupun aku tau tak semudah itu menghapus dia dari aku
Karena  aku memang sulit untuk menerima dan melukiskan yang baru lagi
Tintaku terbatas, tak segampang itu aku mengeluarkannya
Biarlah tinta ini hanya akan melukis dan menulis dia disini
Dan aku harap semoga ini semua berakhir dengan titik yang tegas
Biarlah bintang yang akan menjadi penjelas  antara aku dan dia
Biarlah debu menjadi selimut pembatas antara aku dan dia
Dan biarlah hujan yang memberi irama
Ketika irama itu berhenti, biarlah pelangi yang memberi warna
Aku dan dia butuh warna agar aku dan dia tetap terlihat walaupun kami terselimuti debu
Dan ketika warna itu pudar, dan mendung membantu gelapnya
Hujan akan datang lagi memberi irama
Dan ketika hujan itu berhenti lagi
Pelangi akan memberi warnanya lagi
 Dan ternyata dia benar-benar tidak mau untuk berubah
Dia sudah memutuskannya
Aku terima, dan aku pahami
Dia punya haknya sendiri, dia, haknya
Sajakku tercipta bukan untuknya
Ini sepenuhnya untukku
Sajakku ku tulis sendiri
Tak pernah ada dia yang menulis
Dia tetap akan menjadi dia
Takkan pernah berubah
Waktu, iya waktu yang menjawabnya
Dia, hanya akan menjadi dia
Dan dia sekarang benar-benar menjadi dia
Dia yang ku anggap akan menulis sajak bersamaku
Ternyata enggan menuliskan sajak
Bahkan segores saja dia enggan
Dia dan aku, takkan pernah ada ‘’kita’’ diantaranya
‘’kita’’ enggan menyisipkan dirinya diantara dia dan aku
Aku takkan memaksa ‘’kita’’ untuk menyisip
Biarkan dia memilih dia akan menyisip
Biarkan dia memilih akan terangkai atau tetap menjadi acak
‘’kita’’ dan dia, pasti punya jalannya sendiri
Datang atau pergi aku memilih tidak peduli
Peduliku terlalu berharga untuk itu
Peduliku terbatas sampai aku tak mau menyianyiakannya
Peduliku, hanya untuk sajakku
Peduliku, berarti untukku
Egois memang, tapi itulah aku
Aku yang sebenarnya  bingung, itu aku atau bukan
Berubah, ku akui itu
Aku pun tak pernah sadar kapan aku berubah
Tapi yang ku tau, peduliku hanya untuk sajakku
FRR-